Adakah pesugihan roro kembang sore tulungagung?
Pesugihan Kembang
Sore
Di tengah kehidupan modern
seperti sekarang ini, budaya
matrialistik memang telah
memperbudak sebagian besar
manusia dalam mancapai
tujuan hidupnya. Mereka
berlomba-lomba memburu
kekayaan, saling
membagakan harta, dan pada
gilirannya manusia lupa pada
kodratnya. Demi
mendapatkan kekayaan
dengan jalan pintas, banyak
orang yang akhirnya
menempuh jalan pintas.
Mereka mendambakan bisa
hidup senang, bergelimang
harta, tanpa perlu usaha yang
sebagaimana semestinya
untuk mendapatkan semua
itu.
Di antar jalan pintas yang
dipilih adalah dengan mencari
pesugihan. Fenomena mistis
yang ini memang sudah jamak
di kalangan masyarakat
umum, khususnya berdedar di
kalangan masyarakat
pinggiran. Namun seiring
dengan waktu, fenomena
pesugihan juga telah
merambah ke kalangan
menangan atas.
Pertanyaannya, benarkah
pesugihan ini bisa ditempuh
dengan cara mudah? Dan,
benarkah pula pesugihan ada
dalam kenyataan yang
sesungguhnya?
Untuk menjawab kedua
pertanyaan tersebut, kali ini
Misteri sengaja melakukan
investigasi ke Makam Roro
Kembangsore. Menurut cerita
yang sudah sangat lama
berkembang, maka kuno yang
terletak di Bukit Bolo, Desa
Bolorejo, Kecamatan Kauman,
Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur ini memiliki tuah gaib
yang bisa membantu para
pemujanya untuk memperoleh
kekayaan dengan cara
irasional.
Lantas, siapakah Roro
Kembangsore itu sebenarnya?
Mengapa pula makamnya
dihubung-hubungan dengan
urusan pesugihan?
Menurut informasi yang
dikumpulkan Misteri, Roro
Kembangsore adalah puteri
Adipati Bedalem dari
Kadipaten Bonorowo. Selain
cantik, dia juga dikenal amat
ramah terhadap siapa saja.
Para kawula alit di Bonorowo
menyebut Roro Kembangsore
sebagai puteri berbudi luhur.
Dikisahkan, karena kecantikan
dan keluhuran budinya,
banyak orang yang menyukai
Roro Kembangsore. Tak jelas
kapan dan dengan cara apa
sang putri meninggal dunia.
Yang pasti, hingga akhir
hayatnya dia tetap dipuja,
terutama oleh kaum hawa.
Memang, sampai sekarang
masih banyak orang yang
ngalab berkah di makamnya.
Yang unik, entah siapa yang
memulai, pemujaan terhadap
Roro Kembangsore itu
kemudian tidak hanya
dimanipulasi oleh kaum Hawa.
Kaum Adam pun tak
ketinggalan memujanya. Lebih
ekstrim lagi, pengkultusan
tersebut kemudian dihubung-
hubungkan dengan masalah
pesugihan. Menurut pantauan
Misteri, tidak hanya pedagang
tempe yang datang ke
makamnya dan menggelar
ritual khusus supaya
tempenya laris, tapi banyak
juga artis lokal yang
melakukan ritual di tempat ini
dengan maksud supaya lekas
menjadi artis Ibukota. Bahkan,
banyak juga bisnismen kelas
menangah yang juga
melakukan ritual di sini.
Dikisahkan pula, semasa
pemerintahan Adipati
Bedalem, muncul kelompok
sayap kiri dan sayap kanan
dalam pemerintahannya.
Pendukung sayap kiri terdiri
dari para berandal yang
menginginkan terjadinya
kekacauan selam
pemerintahan Adipati
Bedalem. Motifnya jelas, yakni
ingin menguasai seluruh
wilayah Kadipaten Bonorowo.
Sementara terjadi kemelut
politik, Roro Kembangsore
selalu berbakti kepada
ayahandanya tercinta. Dia
sering memberikan saran dan
masukan berbobot kepada
ayahandanya, dengan maksud,
jangan sampai memperhatikan
usulan kelompok sayap kiri.
Agaknya, dia tahu benar bila
usulan tersebut ditanggapi,
akan mengacaukan jalannya
roda pemerintahan.
Karena tekanan yang
sedemikian kuat dari
kelompok sayap kiri, saran
dan usulan sang puteri tak
mendapat tanggapan sang
ayah, sebab Adipati Badelam
memang telah ada di bawah
pengaruh golongan sayap kiri.
Suatu ketika, Roro
Kembangsore bertemu
dengan seorang putera
penguasa Majapahit bernama
Pangeran Lembupeteng yang
tengah mengembara sambil
melihat situasi wilayah
Kadipaten Bonorowo.
Pertemuan dua insan ini
membuahkan tali
persahabatan begitu erat.
Bahkan setelah sekian lama
saling bertemu, akhirnya
terjalinlah tali persaudaraan
di antara keduanya.
Sayangnya, hal ini ternyata
menimbulkan rasa cemburu
seorang tokoh sayap kiri
bernama Kalang. Padahal,
menurut silsilah keluarga,
Kalang sesungguhnya masih
berstatus paman Roro
Kembagsore.
Dalam suatu kesempatan yang
baik, di depan Adipati
Bedalem, Kalang menebarkan
fitnah dengan mengatakan
bahwa puteri Roro
Kembangsore telah memadu
kasih dengan Pangeran
Lembupeteng. Atas laporan
palsu ini, Adipati Bedalem
berang. Dia lantas memangil
Pangeran Lembupeteng. Di
situlah Adipati melampiaskan
amarahnya dan mengusir
Lembupeteng dari wilayah
Kadipaten Bonorowo.
Selain diusir, Pangeran
Lembupeteng juga dikucilkan
oleh kelompok sayap kiri. Itu
sebabnya dia segera
meninggalkan lingkungan
Kadipaten untuk melanjutkan
pengembaraannya.
Tak dinyana, kepergian
Pangeran Lembupeteng
ternyata diikuti oleh Roro
Kembangsore. Hal ini tentu
menimbulkan kegaduhan.
Raibnya Roro Kembangsore
dari lingkungan kadipaten,
membuat Kalang tambah
penasaran. Memang sejak
lama Kalang memendam
asmara yang mendalam
terhadap puteri berparas ayu
dan berbudi luhur ini. Hanya
karena rasa sungkannnya,
Kalang memendam hasrat ini.
Namun, dia tak rela jika Roro
Kembangsore jatuh ke dalam
pelukan Lembupeteng.
Keinginan untuk memperisteri
Roro Kembagsore tak
terbendung. Setelah
melakukan pencarian cukup
lama, Kalang berhasil
menemukan jejak Pangeran
Lembupeteng yang selama ini
dianggap sebagai penghalang
utama dalam penggapai
cintanya pada si cantik Roro
Kembagsore.
Pertengkaran antara Kalang
dengan Pangeran
Lembupeteng tak terelakan.
Mereka pun terlibat duel yang
sangat sengit. Sayangnya,
Lembupeteng bukanlah lawan
yang sebanding dengan
Kalang. Pria yang lagi
kasmaran itu akhirnya kalah
dalam pertarungan ini.
Namun, bukan Kalang
namanya bila tidak dapat
melampiaskan dendamnya
pada Lembu Peteng. Dia
meminta bantuan Kasan
Besari, sahabat karibnya.
Berkat bantuan Kasan Besari,
Pangeran Lembupeteng
terluka oleh tombak Koro
Welang.
Karena kesaktian tombak
Koro Welang, tak berapa
lama kemudian Pangeran
Lembupeteng gugur dengan
darah membasahi ibu pertiwi
Kadipaten Bonorowo. Walau
begitu, Roro Kembangsore
bisa lolos dari tangan Kalang
dengan cara melarikan diri.
Jejaknya pun tak bisa diendus
oleh Kalang dan antek-
anteknya.
Meski tak bisa menyunting
Roro Kembangsore, Kalang
punya ambisi lain yang tak
kalah besar, yakni ingin
menguasai wilayah Kadipaten
Bonorowo. Ambisinya ini
memang terwujud. Setelah
dibantu Kasan Besari dan
antek-anteknya, Kalang
berhasil menghabisi nyawa
Adipati Bedalem. Dia
kemudian memegang tampuk
pemerintahan sebagai Adipati.
Pusat kegiatan pemerintahan
Bonorowo segera dialihkan ke
Bethak.
Sementara itu, selepas Adipati
Badalem pralaya, jejak Roro
Kembangsore juga berhasil
dilacak. Sang putrid pujuaan
hati Kalang ini kemudian ikut
pula diboyong ke Bethak.
Meskipun sang puteri
berontak atas ajakan i Adipati
Kalang ini, namun dia tak
memiliki kekuatan berarti. Dia
akhirnya harus menyerah.
Setelah berdiam diri Bethak,
sang putri tetap berupaya
untuk tidak bersedia dijadikan
permaisuri oleh Adipati
Kalang yang sesungguhnya
masih pamannya sendiri.
Lewat berbagai cara, Roro
Kembangsore akhirnya
berhasil melarikan diri dari
Kadipaten Bethak. Dia
kemudian mengembara.
Disebutkan bahwa dia memilih
untuk tidak menikah seumur
hidupnya.
Dikisahkan pula, setelah
mengetahui bahwa
Kembagsore tak berada di
taman keputren, sang Adipati
menjadi berang. Dengan muka
merah, semua prajurit
dikumpulkan dan diperintah
untuk melakukan pencarian.
Karena keberangannya, sang
adipati bahkan memberikan
wewenang untuk
mengumumkan sayembara
kepada khalayak ramai yang
berbunyi antara lain: “Barang
siapa dapat menemukan dan
menangkap Roro
Kembangsore, supaya
diserahkan kepada Adipati
Kalang. Masyarakat yang
berhasil melakasanakan, akan
diberi hadiah istimewa,
diangkat sebagai Demang di
daerah Bandil.”
Gaung sayembara dari Adipati
Kalang terdengar pula oleh
para begal. Para begal
menanggapi dengan sungguh-
sungguh dan penuh suka cita.
Di antara sesama begal saling
berunding soal sayembara itu.
Padahal selama ini mereka
belum pernah melihat wajah
Roro Kembangsore.
Para begal lalu menemukan
akal akan mencegat setiap
wanita berparas cantik yang
kebetulan lewat, untuk
dikorek jati dirinya. Waktu
terus berlalu. Suatu ketika,
dua orang begal berpapasan
dengan seorang wanita
berparas cantik dan
berpenampilan lemah lembut.
Keduanya langsung
menghentikan langkah wanita
yang disangka sebagai Roro
Kembangsore itu. Nyatanya
memang benar, wanita
berparas cantik tersebut
mengaku bernama Roro
Kembangsore, puteri
mendiang Adipati Bedalem
dari permaisurinya yang
bernama Roro Mursodo.
Mendengar pengakuan ini,
kedua begal itu tertawa
ngakak menunjukkan
kegembiraan. Roro
Kembangsore segera mereka
ringkus dan mereka boyong
untuk diserahkan pada Adipati
Kalang. Roro Kembangsore
tak menolak ajakan kedua
begal ini. Namun dengan
syarat tertentu, yakni kedua
begal harus adu kesaktian.
Siapa yang menang, dialah
yang berhak menyerahkannya
ke hadapan Adipati Kalang.
Kedua begal tak keberatan
memenuhi syarat yang
diajukan Roro Kembangsore.
Keduanya kemudian saling
adu kesaktian untuk tampil
sebagai pemenang.
Selagi lomba adu kesaktian itu
berlangsung sengit, secara
diam-diam Roro Kembangsore
yang cerdik itu melarikan diri.
Kedua begal akhirnya kaget
demi melihat Roro
Kembangsore yang telah
menghilang. Mereka segera
menyadari kebodohannya, dan
kemudian bersepakat untuk
melakukan pengejaran.
Setelah gagal dalam
pencarian, keduanya baru
sadar bahwa mereka telah
menjadi korban tipu muslihat
Roro Kembangsore.
Meski dijanjikan sebagai
permaisuri, Roro
Kembangsore tetap menolak
menikah dengan Adipati
Kalang. Baginya, daripada
harus menikah dengan Adipati
Kalang, lebih baik tidak
menikah selamanya.
Disebutkan, setelah Adipati
Kalang mati disobek-sobek
tubuhnya oleh Patih Gajah
Mada, sampai hayatnya
Kembangsore belum pernah
menikah, meski sebetulnya
banyak yang mau
memperisterinya. Tapi,
semua pinangan ditolak
dengan halus oleh Roro
Kembangsore. Salah satu
pinangan tersebut berasal dari
Joko Budheg. Pada waktu Joko
Budheg melamar malah
disuruh Roro Kembangsore
berangkat bertapa di Gunung
Budheg, sampai akhirnya dia
dikenal dengan sebutan Joko
Budheg….
***
Demikian sekilas kisah
tentang Roro Kembangsore.
Menurut keterangan Basuki,
juru kunci makam Roro
Kembangsore, konon karena
kisah cintanya tak tersampai
antara Roro Kembangsore dan
Pangeran Lembupeteng,
Adipati Kalang dan Roro
Kembangsore, juga Joko
Budheg dan Roro
Kembangsore, sampai
sekarang makam Roro
Kembangsore masih tetap
dikeramatkan.
Bila malam tiba, apalagi
malam Mingguan, lokasi di
sekitar makam ini ramai
didatangi para peziarah.
Uniknya, di antara para
peziarah itu banyak pula
perempuan penjaja seks.
Mereka berkeliaran mencari
mangsa laki-laki hidung
belang di sekitar kuburan Cina
(bong) yang ada di dekat
makam Roro Kembangsore.
Dengan banyaknya para
pekerja seks komersial (PSK),
maka Gunung Bolo maka
terjadi perpaduan antara
wisata seks dan wisata
spiritual. Karena itu, bagi
peziarah yang murni ingin
melakukan ritual, maka
mereka cenderung datang ke
makam Roro Kembangsore
pada waktu pagi atau siang
hari.
Ketika Misteri datang ke
lokasi makam ini sambil
menunggu datangnya juru
kunci, Misteri sempat ngobrol
agak lama dengan Ayu
Yolanda, penyanyi dangdut
lokal Tulungagung. Ayu
mengaku datang ke makam
Roro Kembangsore untuk
yang kedua kalinya.
Tujuannya, di samping supaya
mendapat job banyak, dia juga
ingin jadi penyanyi dangdut
kondang seperti Inul
Daratista..
Memang, uborampe yang
dibawa Ayu tidak sama
dengan uborampe orang yang
akan mencari pesugihan di
makam Roro Kembangsore,
yaitu kembang boreh, minyak
wangi, dan kemenyan.
Bedanya hanya orang yang
mencari pesugihan harus
membawa uborampe sekul
anget (nasi gurih panggang
ayam), dan sekul wangi
(bunga telon, minyak wangi,
kemenyan). Selain
umborampe tersebut,
sepulang dari melaksanakan
ritual tidak boleh berhenti di
kawasan Gunung Bolo.
Biasanya, kalau sudah berhasil
apa yang diinginkan, hari
Jum’at Pon si pelaku pesugihan
terus menyembelih kambing di
makam Roro Kembagsore.
Setelah itu, semua uborampe
dikendurikan di makam Roro
Kembangsore tersebut.
Yang terasa nyeleneh, konon
bila permintaannya ingin lekas
tercapai, maka si pelaku
pesugihan harus melakukan
hubungan seks haram dengan
lawan jenis. Namun, hal ini
dibantah oleh juru kunci yang
mengatakan, “Sebetulnya
tidak ada keharusan si pelaku
pesugihan melakukan
hubungan badaniah.”
Dikatakan oleh Basuki, yang
pantang adalah ziarah bagi
suami isteri. Konon, kalau
suami isteri sama-sama ziarah
ke makam Roro
Kembangsore, maka
kemungkinan besar kelak di
kemudian hari mereka akan
terlibat perselingkuhan. Kalau
tidak suaminya, isterinya yang
akan selingkuh. Begitu pula
sebaliknya.
“ Makanya, supaya tidak
selingkuh kalau mencari
pesugihan ke makam Roro
Kembangsore sebaiknya tidak
usah mengajak suami atau
isteri. Roro Kembangsore
mungkin tak suka dengan
suami isteri, sebab dia seumur
hidupnya tidak pernah
menikah,” tandas Basuki.
Saat Misteri melakukan
kontemplasi di areal makam
Roro Kembangsore, Misteri
melihat aura sekitarnya yang
merah membara. Ini
menandakan adanya kekuatan
yang kurang baik di tempat
itu. Mungkin hal ini
berhubungan erat dengan
praktek ritual sesat yang ada
di sekitar makam ini.
Disamping itu, Misteri juga
menyaksikan penampakkan
sosok perempuan berambut
panjang riap-riapan, dengan
buah dada menggelayut
sebesar papaya Bangkok.
Apakah dia sosok wewe
gombel, atau mungkin pula
penjelmaan gaib dari Roro
Kembangsore?
Apapun sosok itu, yang pasti,
siapapun harus berpikir seribu
kali bila ingin mencoba-coba
jalan sesat di tempat ini.
Ingan, banyak jalan menuju
roma. Begitu kata pepatah.
Jadi, berjuang dan jangan
mudah menyerah dalam
menggapai kehidupan yang
lebih baik. Jangan lupa,
berdoa selalu pada Tuhan
Yang Maha Esa.